Bahkan pihak syahbandar menetapkan perairan rute Wakatobi-Baubau berstatus waspada. Para pengguna dan penyedia jasa pelayaran harus melihat kondisi cuaca demi keamanan penumpang dan kapal. Bila cuaca buruk maka pelayaran harus ditunda.
Pelaksana Kepala Syahbandar Baubau, Triono, SPI, MM saat dikonfirmasi Minggu (16/1) membenarkan adanya kapal yang terpaksa harus kembali lagi ke Baubau, setelah beberapa saat bertolak menuju Wakatobi. Kapal penumpang itu adalah KM.Mirama, pelayarannya terpaksa tertunda, karena cuaca laut yang membahayakan keselamatan penumpang dan kapal.
Pantauan di lapangan selalu dilakukan, Lanjut Triono. Termasuk memastikan pada nahkoda, apakah sanggup melakukan pelayaran atau tidak dengan kondisi cuaca yang ada. Jika nahkoda tetap siap, maka sisi lain yang dilihat adalah jenis kapalnya, apakah secara teknis siap berlayar atau tidak.
“Kalau cuaca tidak memungkinkan, maka pelayaran harus ditunda. Biasanya kapal-kapal penumpang bermohon untuk melakukan pelayaran sore hari dan berlayar malamnya, sementara cuaca tidak bersahabat di sore dan malam hari. Kalau sudah seperti itu, pelayaran ditunda untuk dilanjutkan subuh dan pagi hari, karena di waktu itulah pelayaran aman dilakukan dan cuaca laut sudah teduh,” terangya.
Jika kapal sudah terlanjur berlayar dan mendapatkan cuaca buruk dengan ombak keras di tengah pelayaran, agar secepatnya mencari tempat aman untuk bersandar.
Pihakaya kerap menghimbau agar para nahkoda agar persiapan kapal seperti radio, neotis teknis dan alat-alat keselamatan lainnya, termasuk kapasitas penumpang, selalu dikontrol. Jika tidak sesuai, pelayaran ditunda. Cuaca buruk seperti ini biasanya berakhir sampai bulan Maret dan terkadang sampai April. "Jadi semua yang berkepentingan dengan pelayaran harus waspada, demi keselamatan," tambah Triono.(tom)
Editor: Yuhandri Hardiman
Sumber baubaupos.com
Pelaksana Kepala Syahbandar Baubau, Triono, SPI, MM saat dikonfirmasi Minggu (16/1) membenarkan adanya kapal yang terpaksa harus kembali lagi ke Baubau, setelah beberapa saat bertolak menuju Wakatobi. Kapal penumpang itu adalah KM.Mirama, pelayarannya terpaksa tertunda, karena cuaca laut yang membahayakan keselamatan penumpang dan kapal.
Pantauan di lapangan selalu dilakukan, Lanjut Triono. Termasuk memastikan pada nahkoda, apakah sanggup melakukan pelayaran atau tidak dengan kondisi cuaca yang ada. Jika nahkoda tetap siap, maka sisi lain yang dilihat adalah jenis kapalnya, apakah secara teknis siap berlayar atau tidak.
“Kalau cuaca tidak memungkinkan, maka pelayaran harus ditunda. Biasanya kapal-kapal penumpang bermohon untuk melakukan pelayaran sore hari dan berlayar malamnya, sementara cuaca tidak bersahabat di sore dan malam hari. Kalau sudah seperti itu, pelayaran ditunda untuk dilanjutkan subuh dan pagi hari, karena di waktu itulah pelayaran aman dilakukan dan cuaca laut sudah teduh,” terangya.
Jika kapal sudah terlanjur berlayar dan mendapatkan cuaca buruk dengan ombak keras di tengah pelayaran, agar secepatnya mencari tempat aman untuk bersandar.
Pihakaya kerap menghimbau agar para nahkoda agar persiapan kapal seperti radio, neotis teknis dan alat-alat keselamatan lainnya, termasuk kapasitas penumpang, selalu dikontrol. Jika tidak sesuai, pelayaran ditunda. Cuaca buruk seperti ini biasanya berakhir sampai bulan Maret dan terkadang sampai April. "Jadi semua yang berkepentingan dengan pelayaran harus waspada, demi keselamatan," tambah Triono.(tom)
Editor: Yuhandri Hardiman
Sumber baubaupos.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar