Penulis: Ni Luh Made Pertiwi F | Editor: Muslimin
Jumat, 4 Februari 2011 | 08:26 WIB
KOMPAS IMAGES/FIKRIA HIDAYAT Warga mengusung keranda jenazah dalam karnaval di Rantepao, Kabupaten Tana Toraja, Sulawesi Selatan, Jumat 31 Agustus 2007.
Produk pariwisata ibarat mata rantai. Hal tersebut diungkapkan Direktur Promosi Dalam Negeri Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata M. Faried kepada Kompas.com, kemarin.
"Di rantai itu ada hotel, objek wisata, hiburan, cendramata, dan lain-lain. Rantai terlemah yang perlu diperhatikan," ungkapnya. Daerah-daerah yang sedang mengembangkan pariwisata perlu memperhatikan beberapa aspek. Misalnya apakah promosi gencar tapi hotelnya mencukupi atau akses transportasi yang mudah menuju lokasi.
Fasilitas Wakatobi sebgai Taman wisata nasional Bahari masih sangat terbatas,dari transportasi dan infrastrukur yang sangat kurang,adapun fasilitas publik sekan-akan dimiliki oleh satu orng atau kelompok tertentu,padahal pembiayaan untuk pembangunan tersebut dari APBD.
Hal lain yang menjadi perhatian Kemenbudpar adalah perlu adanya kerja sama antar-pemerintah daerah untuk mengembangkan paket wisata bersama-sama. "Pariwisata itu perlu dibuat promosi terpadu. Ada saling ketergantungan. Jangan lihat daerahnya saja dan malah terpatok pada batas-batas administrasi," katanya.
Karena itu, tahun kunjungan "Visit Makassar" pun dikembangkan menjadi "Visit Makassar and Beyond". "Kalau orang mau ke Toraja kan harus ke Makassar atau ke Wakatobi harus landing dulu di Makassar," ungkap Faried.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar